content'/>

Sunday 22 March 2015

                                      Sahabat Nabi Abu Dzar Al Ghifari



Menjadi seorang pemimpin merupakan amanah yang begitu berat, hingga seorang Nabi pun tidak memberikan amanah itu kepada seorang sahabat nabi Abu Dzar Al Gifari.
shiroh nabi
Dalam suatu riwayat nabi Abu Dzar Al Gifari meletakan kepalanya di tanah dan berkata :
                                   
                                           Injaklah Kepalaku ini hai Bilal 
                                           
                                               Demi Alloh kumohon  injakalah
Kepala nya diletakan diatas tanah yang berdebu dan  dan dilumurkan pasir di mukanya dan mengharap terompah Bilal bin Rabbah segera menginjak dik pelipisnya.
Kumohon saudaraku Bilal , rintah Abu Dzar mengharap kepada Bilal segera menginjak mukanya karena denganya Abu Dzar berharap Alloh mengampuniku dan menghapus sifat jahiliyah dari dalam jiwaku.
Hati Abu Dzar sedih merasa bersalah, menyalahkan dirinya sendiri dan sekali lagi meminta kepada Bilal bin Rabbah..Sayang Bilal terus menggeleng dan terlihat matanya berkaca kaca.

Peristiwa tersebut memang berawal dari kesalahan Bilal sendiri.Krena Bilal tidak mengerjakan amanah yang di bebankan dengan utuh kepadanya bahkan mencari cari alasan untuk membela diri.
Abu Dzar kecewa dan sayang dia tidak mampu menahan diri hingga dari mulutnya keluar ucapan kasar :
Abu Dzar berteriak " Hai anak budhak hitam "!

 Rosululloh Saw. yang mendengar hardikanya pada Bilal memerah wajahnya dan saegera menghampiri Abu Dzar sambil berkata : Engkau ! sabdanya sambil menunjuk ke wajah Abu Dzar.Pada dirimu masih terdapat sifat jahiliyah !


Abu Dzar yang  yang disadarkan rasa bersalah itu serta merta menyuruh Bilal untuk menginjak kepalanya
dan berulang ulang memohon . Namun Bilal tetap diam tidak menuruti permintaan itu meskipun dia marah tapi juga terharu.Aku memaafkan Abu Dzar ya Rosululloh " kata Bilal " biarkan ini tersimpan disisi Alloh dan menjadi kebaikan ku kelak di akherat.
Hti ABu Dzar terasa perih mendengar ucapan Bilal, ia merasa lebih ringan bila semua itu bisa ditebusnya di dunia.
Begitulah sahabat nabi Abu Dzar.Sedangkan kita seorang manusia biasa yang dalam berhubungan dengan manusia ( Hablum minan nas ) sering melakukan kesalahan, lalu seberapa banyak telunjuk jari yang diarahkan kewajah kita sebagai tanda masih ada sifat kejahiliyahan kita.
Orang seagung Abu Dzar tiadak pernah di ragukan keimananya.Dia lelaki yang disebut nabi memiliki lisan paling lempang dan lidah yang paling jujur di bawah kolong langit ini. Dia diberi kan nabi gelar Ashdaqu lahjatan.
Namun Abu Dzar bukanlah orang yang lapang dada terhadap kesalahan orang lain. Lisan kebenaranya kadang tidak menimbang perasaan orang lain.Mungkin sebab itulah dulu ketika dia meminta nabi untuk menjadi petugas suatu jabatan. Nabi bersabda " Hai Abu Dzar Al Ghifari sesungguhya kulihat engkau seorang yang lemah !
Bukan lemah iman tentunya tapi lemah dalam menjaga hubungan dengan orang lain karena menjadi pemimpin perlu nenjaga hubungan baik dengan orang lain.
Itulah kisah sahabat nabi yang mulia Abu Dzar Al. Ghifari kenuliaanya menjadi cermin bagi kita,Bahwa ia mempunyai sifat sifat nmanusiawi karena ia bukan malaikat dan kemaksumanya tidak dijaminkan tapi kita perlu banyak belajar dari kerendahan sahabat nabi tersebut.Wallohu a"lam bi showab.
Kumohon Bilal Saudaraku,” rintihnya, “Injaklah wajahku. Demi Allah aku berharap dengannya Allah akan mengampuniku dan menghapus sifat jahiliah dari jiwaku.” Abu Dzar ingin sekali menangis. Isi hatinya bergumul campur aduk. Dia menyesal. Dia sedih. Dia takut. Dia marah pada dirinya sendiri. Dia meraa begitu lemah berhadapan dengan hawa nafsunya. Maka dengan kepala bersaput debu yang disujudkan dan wajah belepotan pasir yang disurukkan, dia mengerang lagi, “Kumohon injaklah kepalaku!” Sayang, Bilal terus menggeleng dengan mata berkaca-kaca. - See more at: http://www.arrahmah.com/kajian-islam/pemimpin-berkacalah-pada-abu-dzar.html#sthash.fGoGSCVc.dpuf
Kumohon Bilal Saudaraku,” rintihnya, “Injaklah wajahku. Demi Allah aku berharap dengannya Allah akan mengampuniku dan menghapus sifat jahiliah dari jiwaku.” Abu Dzar ingin sekali menangis. Isi hatinya bergumul campur aduk. Dia menyesal. Dia sedih. Dia takut. Dia marah pada dirinya sendiri. Dia meraa begitu lemah berhadapan dengan hawa nafsunya. Maka dengan kepala bersaput debu yang disujudkan dan wajah belepotan pasir yang disurukkan, dia mengerang lagi, “Kumohon injaklah kepalaku!” Sayang, Bilal terus menggeleng dengan mata berkaca-kaca. - See more at: http://www.arrahmah.com/kajian-islam/pemimpin-berkacalah-pada-abu-dzar.html#sthash.fGoGSCVc.dpuf

No comments:

Post a Comment